Featured

POLITIK TIMUR TENGAH DI MASA OTTOMAN DAN PASKA OTTOMAN

AA. Pendahuluan

            Kawasan Timur tengah adalah kawasan yagn terbilang kawasan dari awal peradaban umat manusai, terutama berkaitan dengan munculnya agama besar, seperti agama Islam, Kristen, dan yahudi. Kawasan Timur Tengah adalah kawasan yang mencakup dari kwasan Mesir sampai ke Iran, hal itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Loenard Binder yang melihat bahwa kawasan TImur tengah adalah mengacu pada kwasan dari bekas kekuasaan Ottoman. Selain iu, Paul noble sebaliknya bahwa kawasan Timur tengah adlah termasuk dari negara Arab, bukan ternasuk kawasan non –arab seperti Iran, Turki, dan Israel (Fawcett, 2016, hal. 23). Dalam historis politik dan pemerintahan di Timur tengah kawasan Timur tengah semenjak era Nabi Muhammad, dibagi menjadi era khulafaur rasydin, era Ummayyah, era Abbasiyah, Era Ottoman, dan era Mordern. Dengan demikan penulis akan menjelaskan politrik dan HI dimasa Kesultanan Ottoman dan paska Ottoman.

B.    B. Pembahasan

1.     Politik dan Hi di masa Kesultanan Ottoman

 Kesultanan Ottoman atau dikenal di Indonesia dengan sebutan kesultana Usmaniyah adalah sebuah kesultana sekaligus kehalifahan islam terahir dalam naungan imperium Islam yang melegitimasi dari kekhalifahan yagn dibawakan oleh KHualafur Rasyidin. Kesultana ini berdiri pada tahun 1299 Masehi oleh sultan yang bernama Sultan Osman I, sultan yang berasla dari bangsa Turkic yang nomaden di wiayah Asia Kecil, latar belakang berdirinya Kesultana Ottoman adalah dari kebangkitan atas kemunduran dinsati Seljuk yang digerus oleh kerajaan nasrani pada masa oerang salib, atas dorongan dari nubuah yagn disampaikan oleh Nabi Muhaamd SAW yaitu runtuhnya konstantinopel. Sehingga di masa Sultan Mahmud II atau Mehmed II yang dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih yang dimana tahun sekitar 1462 Konstantinopel berhasil ditaklukan dan akhirnya Konstantinopel menjadi salahs atu ibu kota kesultanan Ottoman dan inilah legitimasi kekuasaan politik Ottoman semakin kuat dan dilanjutkan pada masa kesultana Selim I dan Sulaiman I yang Agung (Sulaiman The Great) (Shaw & Yapp, 2020).

Dalam pendekatan realism klasik dalam Hubungan Internasional, sebagaimana yang dijelaskan oleh Morgenthau bahwa negara seabgaimana halnya dengan anusai yang didsar oleh nature of law dan human nature yang dimana nagar akan mendorong untuk saling struggle for power demi self help dalam kepentingan nasionalnya sehingga akan melakukan egresivitas dan hegmoni ke dalam sistem internasional cendrung maskinmalisasi power melalui ekpasnsionif. Realis klasik ini cocok dalam analisis penulis dalam melihat  ekspansi yag dilakukan oleh ottoman adalah salahs atu bentuk realis klasik terutama dimasa pemerintahan Selim I dan Sulaiman I karena melihat dari kesultanan pendahulunya yaitu Dinasti Seljuk yang kurang memperkuat kekautan kerajaanya dari internalnya sehingga mudah diserang oleh enagra-negara lain. Dengan demkkian Ottoman terus berupaaya melakukan ekspansi politik dengan ekspansi wilayah dan pengaruhnya yang dimana puncknya di masa Sulaiman I menjadi wilayah kesultanan terluas di dunia yang membentang dar pesisir aljazair, Semenanjung Bak Saat ini) (Morgenthau, 1993; Shaw & Yapp, 2020).

Dalam menjalankan politiknya Ottoman, menerapkan syariat Islam yang menekankan pentingnya ajaran-ajaran islam yang cenderung fundamentalis, bahkan dalam Hubungan Internasional, dari sifatnya yang realis klasik ala Ottoman yang ingin menciptakan kehalifahan Islam global, ini menjadi ancaman bagi orang-orang barat yang menekankan pada konsep nation states sehingga bertahun-tahun dan berabad-abad banak terjadi perang terutama di semenanjung Balkan, akan tetapi di abad ke-19 terutama setelah reformasi politik dan hI pada tahun 1864, Ottoman fokus pada modernisasi dengan banyaknya investor asing dan pembangunan konstruksid alam memodernisnasi Ottoman agar semakin banyak diminati oleh orang-orang luar Ottoman yang akan berkuunjung bahkan berwiasat disana teruatma alam melaksanakan ibadah Umrah dan Haji di Mekkah dan Madinah serta kawasan Palstina yang menjadi induk perdaban islam yang menjadi tanggung jawab bagi Ottoman sebagai khalifah islam (Fawcett, 2016, hal. 43).

2.     Politik di Timur Tengah paska Ottoman

Di akhir abad ke-19 dan abad ke-20, ottoman di bawah sultan Mahmud V mengalami kemunduran, hal itu dimulai dengan berkurangnya wilayah kekausaan Ottoman di semenanjung Balkan seperti merdekanya Yunani, Bulgaria, Romania, dan Kawasan Yugoslavia (Serbia dan Bosnia), serta penyerahan Libya oleh Italia sebagai koloni Italia dibwah traktat lussane. Bukan hanya itu, saja hal itu diperparah dengan kalahnya Ottoman pdada perang Dunia I yagn dimana Ottoman bergabung ke Blok Sentral bersama dengan Jerman dan Austra-Hungaria, Sehingga pada tahun 1920 dibentuk perjanjian Sevres yang dimana luas Ottoman diduduki oleh Yunani, Armenia, Inggris, dan Italia. Namun , sebelumnya ada faktor selain dari eksternal ga dari internasl yaitu gerakn-greakan reformasi dan liberaliasi yang digaungkan oleh para generasi muda Ottoman sat itu termasuk MUsfal Kemal Pasha Ataturk (gelombang liberalisme I)ditambah dengan semakin lemahnya Ottoman setelah perjanjian Sevres, hal tersebut mendorong Kemal untuk mengaungkan semangat nasioanlisme Turki Modern dengan mendirikan Republik Turki, dengan diawali dengan perang sevres yang mengambil alih wolayah-wilayah Ottoman yang diduduki oleh sekutu dan hasolnya luars wilayah Ottoman meliputi Konstantinopel hingga ke wilayah timur Turki. Sehngga tahun 1923 Kesultana Ottoman remsi bubar pada masa Khalifah Abdul Majid dengan sultan Mahmud VI. Bersamaan dengan dampak penagaruh liberalism dari nationsstate ala barat yang menciptakan arab terpecah sampai saat ini (Fawcett, 2016; Shaw & Yapp, 2020) .

Paska Ottoman iniah kawasan TImur tengah menjadi tidak stabil, hak itu dimulainya dengan banyak pemeberontakan dan kawana bersenjata setelah pada perang dunia II dengan berdirinya Israel pada thaun 1947, ditmabha semangat persatuan kawasantimur tengah semakin tergerus dari pengaruh kekautan bipolarisme dari Amerika Seriakt dan Uni Soviet, yang smeakin memberikan pengaruh prksi war terhadap konflik yan gada di timur tengah seperti pertemuran Yom Kippur dan Suez, pecahnya Yaman menjadi yaman utara dan yaman Selatan yang omunis. Serta pemberontakan berkedok al Mahdi di masjidil Haram pada tahun 1979. Dasar tersebut mendorong terjasdinya regionalism berbasi spersatuan arab yang pernah dilaukan oleh Hasan al banna yaitu Pan islamisme pada thau 1925 dan selain itu dari Raja faishal dibentuk Organsiasi Koerjasama Islam atau OKI pada thaun 1971 dan Arab world. Sampai sat ini siituasi kawasn timur tengah lebiih terfokus pada isu kemanusaain seperti palestina, Yaman, Suriah, dan konflik melawan ancaman erorirsme dari ISIL daj Al qaeda (Fawcett, 2016; Minardi, 2019; Shaw & Yapp, 2020).

C.    C. Kesimpulan

Kawasan Timur tengah merupaakn kawasan yagn menjadi peradaban awal manusai dan kawasn yang dikenal oleh tiga agama beasr yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Selain itu, kawasan tersebut pernah memiliki fase pemerintaha di masa Ottoman yang pernah menjadi kawasan terkuat di tiumr Tengah terutama di masa Selim I dan Sulaiman I yagn luas wilayah hampir meguasai Afrika dan Eropa. Akan tetai semenjak pengaruh dari kolonialsisme dan imperialism barat degan kosnep liberalismenya denga nation state mendorong menudurnya Ottoman degan adanya gerakan liberalism yagn diperparah juga dengan adanya perang Dunia I sehingga di tahun 1923 Ottoman Bubar dan digantikan oleh Republik Truki Oleh Mustafa Keamal Ataturk.

            Paska Ottoman inilah yang membuat kawasn timur tengah menjadi banyak enagra bangsa seperti Arab Saudi, Irak, Suriah, Palesitna, yang sebenarnya merupaakn satu rumpun bangsa arab, ditambah dengan memperparah pendudukan Isarel di Palestina yang memebuta terjadinya konflik sosial dengan bangas Palestina dengan bangsa yahudi Zionis Israrel serta konflik sosial seperti pemberntakan dari teroririsme ISIl, dan Alqaeda. Medorong banyak gerakan-gerakan pan timur tengah dibwaah ideentitas islam yaitu adanya Gerakan pan islamisme yang dibawakan oleh Hassan al Banna dan OKI y dan arab Wolrd ang masih eksis hingga saat ini.

Referensi :

Fawcett, L. (Ed.). (2016). International Relations of Middle East (Fourth). Oxford: OUkosher.org.

Minardi, A. (2019). Politik Islam: Kepemimpinan Berbangsa dan Bernegara dakam Islam (A. S. Hamidin, Ed.). Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari.

Morgenthau, H. J. (1993). Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace (seventh; K. W. Thompson, Ed.). New York: McGraw-Hill.

Shaw, S. J., & Yapp, M. E. (2020). Ottoman Empire. Diambil 21 November 2020, dari Encyclopaedia Britannica website: https://www.britannica.com/place/Ottoman-Empire

Comments