Berbicara mengenai
etika politik merupakan landasan bagaimana banyaknya seorang pemimpin melakukan
suatu kebijakan politik yang suatu saat akan mengakibatkan kesewenang-wenangan.
Namun, perlu diketahui bahwa dalam dikotomi antara barat dan timur secara
antropologis nilai-nilai etika politik antara barat dan timur memang berbeda. Etika
timur yang mengindahkan nilai-nilai ajaran kearifan lokal dan spiritualitas
manusia, sedangkan dalam etika politik barat cenderung mengindahkan nilai-nilai
rasionalitas dan kekuatan daya manusia meskipun memang peran teologis dan
spiritualitas manusia ada, hanya saja paska abad pertengahan dengan ditandai
perjanjian Westphalia (Hadiwinata, 2017,
hal. 2).
Peran agama yang dipisahkan dalam sistem pemerintahan dengan muncul konsep negara
bangsa, sehingga kekuasaan dan kebijakan politik dalam negara dipegang dan
dijalankan penuh oleh raja (pada abad pertengahan) dengan konsep bentuk
pemerintahan yang monarki.
Abad pencerahan
ini yang menyebabkan munculnya kaum-kaum intetektual dalam meningkatkan
kualitas dan pengembangan ilmu pengetahuan di masanya terutama dalam ajaran
etika politik barat dalam pedoman pemerintahan sampai saat ini dan bahkan dilarang.
Antara lain : hedonisme, feodalisme, demokrasi, fasisme, dan nasionalisme. Yang
menjadi jarang atau bahkan dilarang adalah etika politik hedonisme, feodalisme,
dan fasisme karena memang tidak sesuai lagi dengan dinamika perkebambangan
negara dan masyarakat barat bahkan internasional.
Dengan demikian,
diantara ini merupakan pedoman atau prinsip bagaimana peran kekuasaan oleh
pemimpin melakukan kebijakan politiknya dalam menengakan dan mensejahterakan
rakyat atau masyarakatnya. Selain itu juga, jenis etika politik barat, antara
lain: sosialisme, komunisme, humanisme, dan ulitirianisme. Masing-masing dari
pandangan etika tersebut memiliki akar atau penjelasan yang berbeda-beda. Akan tetapi
penulis akan memberikan opini bahwa keempat ajaran tersebut memang memiliki
persamaan dalam pelaksanaan dan tujuannya. Maka dari itu, penulis akan
menjelaskan secara rinci.
1.
Sosialisme
Etika politik
pertama yang dijelaskan oleh penulis adalah sosialisme, Sosialisme merupakan
etika politik yang didasari dari ajaran bagaimana kekuasaan, interaksi antara
masyarakat harus dilaksanakan secara bersama. Terutama dalam hal ekonomi yang dijalankan
untuk kepentingan bersama. Sosialisme merupakan kritikan terhadap kapitalisme
yang kebanyakan semua kepentingan ekonomi politik oleh individu (pemodal). Sehingga
dari dominasi dari individu menyebabkan terjadi ketidaksamarataan dalam
kesejahteraan masyarakat yang berbeda. Dengan demikian sosialisme adalah ajaran
atau etika politik bagaimana kebijakan politik dalam suatu negara khusunya
dalam ekonomi sebagai suatu unsur utama dalam kebutuhan hidup masyarakat agar
pemerintah yang lebih dominan dalam mengatur ekonomi yang meghasilkan
kesejahteraan masyarakt bersama (Hipotesa Media,
2018).
Tokoh aliran sosialisme adalah dari Karl Marx, Robert Own, dan Friedrich
Engels.
Asumsi-asumsi
dalam Sosialisme :
1)
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran
kemasyarakatan tertentu, yang menguasai sarana – sarana produksi dan pembagian
hasilnya sama rata.
2)
Sosialisme adalah sebuah teori berdasarkan kepemilikan
yang sesungguhnya berasal dari para pekerja (kebanyakan properti bersama).
3)
Sosialisme : mendahulukan kepentingan banyak orang,
bekerja demi pemerataan kesejahteraan, dan berupaya memajukan kedamaian (Ahmad, 2019).
2.
Komunisme
Etika politik
barat selanjutnya adalah komunisme, secara implementasi memang dapat dilihat
secara kasar, bahwa sosialisme merupakan komunisme bagi masyarakt awam. Akan tetapi,
dari kedua etika politik tersebut memiliki makna yang berbeda. Perbedaanya adalah
implementasinya. Komunisme dalam implementasinya sosialisme yang radikal
(mengakar) yang artinya komunisme merupakan etika politik yang mengindahkan
kesetaraan tanpa masyarakat kelas dan pemerintah merupakan salah satu aktor
yang paling penting dan wajib melindungi dan mengontrol kebijakan politik terhadap
masyaraktnya secara holistik. Meskipun dalam embel-embalnya mereka mengakui
demokrasi yang disebtu dengan demokrasi ‘rakyat’ yang artinya kepentingan dalam
tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat melalui tangan pemerintah agar
menghindari aktor lain yang akan mengancam kesejahteraan masyarakat. Komunisme
lahir dalam ajaran Karl Marx dalam Manifesto Komunis tahun 1848 dan Das Kapital 1867. Komunisme baru
dijadikan sebagai ideologi oleh Vladimir Lenin yang ketika itu telah berhasil
meruntuhkan Kekaisaran Rusia (1755-1917) dengan Revolusi Bolshevik. Sehingga mendirikan
komunisme yang secara fundamental dari prinsip sosialisme dari Karl Marx yaitu
dengan mendirikan negara sosialis-komunis Uni Republik Sosialis Soviet atau
disingkat sebagai Uni Soviet (1922-1991) (Salamadian, 2017).
Landasan yang
membedakan antara sosialisme dan komunisme yang pertama adalah sifatnya. Sosialisme
lebih cenderung hanya pada aspek ekonomi dan moderat, sedangkan komunisme cenderung
radikal dan menyeluruh (holisitik). Perlu diketahui bahwa meskipun Karl Marx membuat
buku Manifesto Komunis, tetapi ia Marx merupakan sosialisme dan sifatnya masih
ide, dengan tujuannya yaitu masyarakat tanpa kelas sehingga Marx disebut
sebagai Marxisme. Sedangkan komunisme lebih imolementatif yang meneruskan dan
meningkatkan atau menjalankan ide sosialismenya maka disebut sekali lagi
sebagai ‘komunisme’ yang dipelopori oleh Vladimir Lenin. Yang menariknya
Komunisme lebih menginternasionalisasikan kepada masyarakat Internasional
dengan bukti adanya Komintern Internasional dan lagu kebangsaan
sosialis-komunis (Internationale)
yang mengakibatkan munculnya tokoh seperti Mao Zedong, Fidel Castro, Kim il
Sung, Ho Chi Minh dan D.N Aidit (“Komintern (Komunis
internasional),” 2020).
Asumsi-asumsi
etika politik Komunisme adalah :
1)
Komunisme adalah bagian dari aliran sosialisme yang
bergerak lebih radikal.
2)
Komunisme adalah teori internasional berdasarkan
kepemilikan yang berasal dari masyarakat atau negara (semua properti bersama).
3)
Komunisme : mendahulukan kepentingan pribadi,
mengejar kekayaan perorangan, dan memperkenankan perang (Ahmad, 2019).
3. Humanisme
Etika
politik barat yang selanjutnya adalah Humanisme. Humanisme secara harfiah
adalah kemanusiaan. Artinya humanisme adalah paham dalam etika politik
bagaimana keopentingan politik dalam pemimpin untuk mensejahterakan manusia
karena manusia adalah hak kondrati melalui Hak Asasi Manusia yang merupakan
anugrah dari Allah swt yang tidak bisa diganggu gugat. Etika politik humanisme
sebenarnya sudah dimulai pada masa Yunani Kuno oleh filsuf pertama Thales yang
memikirkan dan mencari permsalahan hakikat rasionalitas manusia yang merupakan
landasan elemen atau iunsur dari kekuatan alam semesta yang dari isi alam
semesta yang merupakan segala-galanya adalah manusia (Humanus). Pada abad
pertengahan menjelaskan humanisme yang secara lebih rinci dbahwa manusia
merupakan hak kodrati dan mempunyai hak Asasi bahwa manusia harus dimanusiakan (Sarira, 2016).
Dengan
demikian bahwa Humanisme adalah etika politik yang bertujuan menghidupkan rasa
perikemanusiaan dan mencapai pergaulan hidup yang lebih baik dan menganggap
manusia sebagai objek pembelajaran terpenting. Artinya bahwa humanisme
mengutamakan tetnang kebebasan setiap individu. tokoh-tokoh penggerak humanisme
adalah Abraham Maslow (Choirun, 2018).
4. Utilitarianisme
Yang terakhir
adalah Utilitariansime, Utilitarianisme adalah suatu paham yang dimana etika
politik dalam asumsi untuk memanusiakan manusia harus memiliki asa kegumaan
atau praxis ke masyarakat. Dengan kata lain bahwa Utilitarianisme adalah
memberikan kemanfaaatan dan kebahagiaan terbesar kepada sebanyak-banyaknya
kepada masyarakt. Ukurannya adalah kebagaiaan yang sebsesar-besaranya bagi
banyaknya masyarakat. Artinya utilitariasnime adalah mengindahkan alturisme
yaitu mementingkan hak bersama daripada hak individu. perbedaan dalam humanisma
adalah, humanisme lebih dominan terhadap hak individu dan hak kebebasan indiviud,
sedangkan utilitarianisme adalah hak untuk kebersamaan dan kegunaan untuk
mensejahterakan masyarakat. Tokoh-tokoh ini antara lain Jeremy Bentham dan John
Staurt Mill (Besar, 2016)
Kesimpulan
Kesimpulan dari keempat etika politik barat adalah memang
meskipun keempat etika tersebut mempunyai prinsip dan nilai-nilai dan
implementasi yang berbeda, namun tujuan yang sama adalah sejatinya untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat oleh kekuasaan pemimpin di dalam kebijakan
politiknya. bagi penulis menilai bahwa ada satu etika yang sudah banyak yang
tidak dipakai oleh banyak negara yaitu Komunisme. Komunisme sudah usang karena
dalam kenyataanya dalam aspek ekonomi sudah tidak dapat digunakan dan tidak
dapat bertahan oleh dinamika sistem internasional, pengaruh globalisasi yang
semakin pesat, titik kejenuhan karena komunisme mengekang kebebasan masyarakat
yang menjadi paradox sendiri bahwa komunisme adalah mensejahterahkan masyarakat
tanpa kelas, namun yang menjadi permasalahannya adalah implemntasi dari
subyeknya yaitu pemimpin yang melenceng dari etika politik komunisme, yang
menjadi alat pelegitimasi kekuasaaan yang otoriter dan tangan besi. inilah yang
menjadi penyebab mengapa komunisme usang. akan tetapi, bagaimana seperti
Tiongkok, Korea Utara, Laos, VIetnam, dan Kuba? mengapa mereka tetap bertahan?
karena dari aspek ekonomi mereka sudah menerapkan ekonomi bebas dari sosialisme
liberalisme dan sedikit menerapkan kapitalisme dengan investor modal. contoh
konkritnya adalah Tiongkok yang sejak Deng Xiaoping mengubah kebijakan dalam
negeri dan luar negeri Tiongkok menggunakan sistem politik komunis dan ekonomi
liberalis-kapitalis. Komunisme Tiongkok menurut penulis memang masih bertahan
karena memang sesuai yang dicita-citakan oleh prinsip komunisme sendiri dengan
buktinya masyarakat tiongkok menjadi makmur, ekonomi menjadi terbesar dan
mendominasi Amerika Serikat, dan kebebasan atas kebersamaan bersama dalam
ekonomi dalam negeri.
Intinya adalah tergantung dari orang yang menggunakannya.
ideologi bisa rusak atau kokoh tergantung dari etika politik yang dijalankan
oleh pemerintah. yang paling menarik opini penulis menilai aspek keempat ini
menjadi landasan suatu paradigma dalam Hubungan Internasional yang disebut
sebagai Teori Kritis yang mengkritisi fenomena HI yang menjelaskan pneyelasaian
masalah Hi dan isu Hi harus memiliki dan mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan
dan aspek praxis kepada masyarakt internasional. dalam ekonomi politik dari
etika politik (sosialis-komunis) menjadi teori neo marxisme dari Mazhab
Frankfurt yang digambarkan bahwa sistem internasional distrukturalisasi dan
dikotaki oleh kelas negara maju (borjuis) dan negara berkembang (proletar) yang
menyebabkan terjadinya ketergantungan/depenendensi kepada negara maju dari
dampak kapitalisme negara maju. dan humanisme dan utilitarianisme menjadi
landasan bagaimana seharusnya kemanusiaan, kesejahteraan amsayarakat menjadi
suatu kepentingan dalam sistem internasional dalam kajian Hi yang disebut
sebagai English School, Copenhagen School dari Barry buzan tentang keamanan
manusia. dan diplomasi kemanusiaan dari konsep human intervention. artinya bagi
penulis mekihat bahwa etika politik ini menjadi irisan dan menjadi acuan dalam
paradigma HI terutama di era kontemporer ini. karena memang manusia merupakan
kunci dan negara harus dan wajib mementingkan kepentingan manusia (Hadiwinata,
2017).
Referensi
Ahmad. (2019). √ 24+ Perbedaan Ideologi Komunisme dan
Sosialisme [+Tabel]. Diambil 28 April 2020, dari yuksinau.id website:
https://www.yuksinau.id/perbedaan-komunisme-dan-sosialisme/
Besar. (2016). UTILITARIANISME DAN
TUJUAN PERKEMBANGAN HUKUM MULTIMEDIA DI INDONESIA. Diambil 28 April 2020, dari
Business Law Binus University website:
https://business-law.binus.ac.id/2016/06/30/utilitarianisme-dan-tujuan-perkembangan-hukum-multimedia-di-indonesia/
Choirun, A. (2018). Apa Itu
Humanisme? Diambil 28 April 2020, dari kompasiana.com website:
https://www.kompasiana.com/achnes/5927bdf0ba22bdc32ca5e72a/akar-purba-humanisme?page=all
Hadiwinata, B. S. (Bob S. (2017). Studi
dan teori hubungan internasional : arus utama, alternatif, dan reflektivis
(Pertama). Bandung: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Hipotesa Media. (2018). [ID] Apa
itu Sosialisme? - Hipotesa Media - Medium. Diambil 28 April 2020, dari
medium.com website:
https://medium.com/hipotesa-indonesia/apa-itu-sosialisme-f0ba6954d261
Komintern (Komunis internasional).
(2020). Diambil 28 April 2020, dari https://mimirbook.com/id/50d73501ac5
Salamadian. (2017). PENGERTIAN
KOMUNISME : Ciri-Ciri, Sejarah & Contoh Ideologi (Komunis). Diambil 28
April 2020, dari salamadian.com website:
https://salamadian.com/pengertian-komunisme-ciri-ciri-sejarah-contoh-ideologi-komunis/
Sarira, I. (2016). SEKILAS TENTANG
HUMANISME. Diambil 28 April 2020, dari Business Law Binus University website:
https://business-law.binus.ac.id/2016/02/29/sekilas-tentang-humanisme/
Comments
Post a Comment